Sunday, July 17, 2011

Pesta Olahraga - 1

Hari itu adalah hari Pesta Olahraga untuk murid-murid Xiamen International School (XIS), salah satu daripada sekolah untuk murid-murid manca negara di Xiamen, China. Pada pesta olahraga itu, murid-murid dari 2 sekolah berbeda diundang untuk bertanding dalam bidang sepakbola dan bola basket. Murid-murid yang diundang termasuk Ying Cai (YC), sekolah lokal ternama, dan American International School of Guangzhou (AISG), yang terletak di Propinsi Guangzhou (Kanton).

Pada hari pertama pesta olahraga tersebut, aku berpartisipasi dalam kedua bidang olahraga, sepak bola dan bola basket. Sewaktu aku sedang beristirahat di kantin sekolahan sambil minum Gatorade kuning yang tersedia untuk para pemain, Gina, cewekku yang berasal dari Taiwan, datang dan memijitiku sewaktu melihat sebagaimana letihnya aku ini.

"Enak banget sayang, kerasan dikit dong pijatannya," dengan enaknya merasakan pijatan-pijatan tersebut aku mendongak dan berkomentar. Paras cantik Gina yang menawan hatiku sejak setahun yang lalu terlihat semakin cantik saja, dan langsung aku berdiri dan memberi ciuman mesra. Mungkin karena hawa yang mulai memanas atau mungkin karena nafsu yang telah terpendam, ciuman kami semakin ganas dan tanganku mulai menggerayangi badan sintal si Gina. Buah daranya yang tegang menonjol kupegang, kuelus dan kuremas dengan penuh nafsu. Kudorong Gina ke tembok kantin yang kosong itu dan mulai memberi ciuman liar ke leher Gina.

Aku tahu kalau yang lain pasti sedang sibuk menonton pertandingan lainnya, maka kuajak si Gina pindah ke bagian atap sekolah yang hampir tidak pernah didatangi orang, kecuali kalau ada yang mau curi-curi merokok. Di atap sekolahan, kumulai serangan ciuman, elusan dan remasan ganasku dan kulucuti pakaian Gina satu persatu. Tak mau kalah ganasnya, Gina juga mulai melucuti pakaianku dan mengelus-elus kemaluanku yang sudah separuh tegang itu.

Kuciumi sepasang buah dada yang menantang itu (kurang lebih 34B). Kukulum salah satu pentilnya dan nafas Gina mulai naik turun. Tanganku mulai meremas-remas buah dadanya sambil memainkan puting buah dadanya. Tanganku yang satunya mulai berkeliaran dan menelusuri ke bawah, melewati daerah hutan terlarangnya dan mulai memainkan klitoris Gina yang sudah mulai membengkak. Kutidurkan Gina di atas lantai dari atap sekolah itu dan kulanjutkan serangan-serangan ke arah bagian-bagian erotis Gina. Gina cuma bisa memelukku erat-erat sambil mengelus-elus rambutku yang telah di cat merah itu. Setelah kurang lebih lima menit, tangan si Gina mulai menggapai kemaluanku yang sudah mengeras seperti karang itu dan mulai mengocok-ngocoknya. "Kur, boleh nggak kalau aku jilat kamu punya adik ini?" Tanpa pikir panjang, kubentuk posisi 69 dan mulai kucium dan kujilati lubang kemaluan si Gina yang sudah basah tidak kepalang itu. Dengan lidahku yang terlatih itu, kujilati bagian klitoris si Gina dan sesekali kumasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluan si Gina. Aroma segar menantang dari liang kemaluan si Gina masuk ke dalam hidungku yang mulai kembang kempis itu. Si Gina tak mau kalah dan mulai menjilati dan mengulum batang kemaluanku sambil memainkan buah dadanya sendiri.

Lima menit, tak lebih, dan paha si Gina menegang dan tanda-tanda akan orgasme telah muncul. Kutambah ritme jilatan-jilatan terhadap klitoris Gina dan Gina mulai tidak memperdulikan batang kemaluanku. "Kur.. cepat dong Kur.. Ayo.. cepat.. lebih cepat lagi." Jilatan liarku membuat Gina mulai mabuk kepalang dan kuku-kuku Gina mulai mencengkeram pinggangku. Tak lama kemudian banjir sudah kemaluannya dan Gina mendapatkan orgasme pertamanya. Si Gina tergeletak lunglai, tetapi batang kemaluanku masih tegak berdiri menantang.
"Gimana nih Gin, aku punya kontol masih tegak."
"Tunggu sebentar dong Kur, entar kamu masukin aja deh ke memekku aja.. aku masih capek nih." Aku tidak peduli lagi, langsung kumulai lagi dengan serangan-seranganku. Kucium leher Gina dan buah dadanya yang menantang tersebut, erangan dan desahan si Gina mulai terdengar lagi. Kugesek-gesekkan adikku ke kemaluan si Gina dan serangan-serangan erotis itu membuat si Gina yang sudah capai itu mulai panas lagi.

"Kur, masukin dong.. tapi hati-hati yah.. Aku baru pertama nih."
Seperti biasa, tak banyak bicara dan hanya mengangguk. Kuarahkannya batang kemaluanku ke lubang kemaluan si Gina yang sudah basah. Dengan pelan-pelan kumasukkan ke dalam lubang kemaluan Gina yang hangat itu. Susah sekali batang kemaluanku masuk ke dalam lubang kemaluan si Gina yang sempit itu, tetapi akhirnya masuk juga separuh.

"Gimana Gin, sakit nggak?"
"Agak nih.. masukkin deh aja semuanya sudah.."

Walaupun disuruh masukan semuanya, aku masih dengan pelan-pelan menusukkan batang kemaluanku dan akhirnya kudobrak segel keperawanan si Gina dan membuat Gina menjerit lirih,
"Kur.. Sakit..!"
"Tahan sayang.. aku akan berhenti dulu supaya kamu membiasakan diri dengan adanya kontolku di dalam memekmu yang sempit ini.."
Kubiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan si Gina, tetapi tanganku dan mulutku memulai lagi serangan erotis-erotisnya agar si Gina dan kemaluanku tidak dingin. Setelah memberi waktu dua menit, kumulai goyangan "esek-esekku". Desahan-desahan Gina mulai terdengar, dan kukunya yang panjang-panjang itu di pundak ditancapkan seenaknya di pundakku. Ritme sodokanku kunaikkan dan naik pula ritme erangan si Gina.

"Argh.. Kur.. enakk.. Enak Kur.. Terus.. Goyang terus.."

Kutusuk-tusuk lubang kemaluan si Gina dengan ganasnya dan kaki si Gina yang terbuka lebar itu mulai menjepit pinggangku untuk menambahkan efek tancapan batang kemaluanku. Tanganku meremas-remas buah dada si Gina yang menantang sekali di depannya sambil tetap bergoyang. Kuremas, kuhisap, kucubit dan kupelintir pentil si Gina.
"Goyang terus Kur.. Iya.. terusin Kur.."
Aku diam saja tak mengeluarkan suara kecuali desahan-desahan kenikmatan. Nafas si Gina mulai naik turun tak teratur.
"Ah.. Ah.. Yeah.. Oh.. yeah.. Argh.. Argh.."
Paha si Gina mulai menegang lagi pertanda orgasme kedua akan datang.
"Kur cepetan Kur.. Kerasan dong! Udah mau nyampe nih.. Cepetan Kur!"
Aku pun merasakan bahwa aku akan keluar juga dalam waktu singkat.
"Argghh!"
Meledak juga pertahanan si Gina dan orgasme keduanya telah datang.
"Gina, aku punya juga mau meledak nih.. Gimana, di dalam atau luar?"
"Dalam-dalam aja.. aku lusa bakal datang bulanannya.." Gina yang sudah dilanda nafsu itu menjawab dengan cepat.
"Arrgghh! Arrgghh!"
Orgasme susulan ketiga membanjiri liang hangat si Gina dan aku pun juga jebol pertahanannya. Kutembakkan spermaku ke dalam liang hangat si Gina.

Kami berpelukan erat dan beristirahat karena kelelahan sementara air maniku mulai pelan-pelan mengalir keluar dari liang kemaluan si Gina. Dengan mesra dan lelah, kupeluk erat si Gina sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ada. Tanpa disadari, ada sepasang mata yang telah melihat atraksi gila kami cukup lama dan menggertak, "Eh, apa-apaan kalian? Ini sekolah lagi, bukan tempat untuk bermain seks!"

Part II - Pengalaman Tak Terduga

Gina dan aku menoleh untuk melihat Ms. Rothen, guru sejarah dan merangkap guru geografi yang berasal dari Jerman itu, berdiri dengan muka yang marah. Untuk perkenalan, Ms. Rothen itu kurang lebih berumur 25 tahun dengan perawakan yang kurus dan jangkung. Untuk vital statistic Ms. Rothen, 33C-25-35. Gina dan aku bangun tersentak kaget. Mata Ms. Rothen lumayan terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang setengah bangun itu. Aku maju ke depan beberapa langkah dan menatap mata Ms. Rothen dengan tajam, sementara Gina mengambil beberapa pakaian untuk menutupi bagian vitalnya. Tanpa aba-aba, kutarik saja kepala Ms. Rothen ke mukaku dan kuciumi bibirnya dengan ganas. Ms. Rothen mencoba untuk mendorongku tetapi tenagaku masih jauh di atas Ms. Rothen. Rok Ms. Rothen kusibak dan langsung kumainkan kemaluan Ms. Rothen dari luar celana dalamnya.

Dorongan tangan Ms. Rothen mulai berubah menjadi pelukan dan elusan liar. Lidah kami mulai bertarung dan tangan Ms. Rothen mulai mengelus-elus adikku. Ciuman itu terpisah beberapa saat untuk mengambil nafas. "Kurniawan, tak pernah kuduga kemaluan kamu ini begini panjang dan besar dan terlihat begitu nikmat."

Kuturunkan celana dalam Ms. Rothen dan kulepas baju Ms. Rothen dengan kasar. Ms. Rothen agak kaget tetapi diam saja. Batang kemaluanku yang dari tadi dielus-elus itu kutarik dan kugesek-gesekkan di selangkangan Ms. Rothen. Ms. Rothen mulai bersandar ke tembok dan mulai mengaduh keenakan. Gina pun mulai ikut-ikutan dan mulai meremas-remas buah dada Ms. Rothen. Tanpa ayal, Ms. Rothen pun mulai mengerang dan mendesah. Tangan Ms. Rothen juga mulai memainkan buah dada si Gina dan mereka pun berciuman dengan mesra. Kutarik Ms. Rothen dan kutidurkan dia di lantai yang dingin itu, dan mulailah kumasukkan batang kemaluanku yang sudah siap tempur itu ke dalam liang kemaluan Ms. Rothen.

Lubang kemaluan Ms. Rothen tidak seerat lubang kemaluan si Gina yang masih perawan, tetapi lumayan juga, buat orang bule dewasa yang sering disetubuhi. Sodokan-sodokan pertama kumulai dengan pelan-cepat pelan-cepat dengan ritme yang secara random. Gina menempatkan lubang kemaluannya tepat di depan mukaku. Kupegang pantatnya dan dengan lahapnya, kujilati liang kemaluannya yang basah itu dan kumainkan klitorisnya dengan lidahku. Dalam waktu yang sama, Gina mulai menciumi Ms. Rothen dan memainkan buah dada Ms. Rothen, begitu pula dengan Ms. Rothen. Ms. Rothen pun membalas ciuman Gina dengan ganas dan dimainkan pula buah dada si Gina.

Erangan kami bertiga di atas atap itu membuatku semakin liar. Sodokan dan jilatanku pun semakin liar dan ritmenya semakin cepat.
"Kurniawan, cepetan dong.. sodokanmu.. Iya.. Argh.. enak.. cepetan.. aku udah mau nyampe nih."
"Iya kur.. cepetan dong jilatannya.. Iya.. gitu dong.."

Tak tahan lagi, dengan seluruh tenaga, kupercepat sodokan dan jilatanku. Kupendamkan seluruh mukaku ke liang kemaluan si Gina dan dengan liarnya kumainkan mukaku, dan lidahku di lubang kemaluannya. Gina pun semakin bergoyang dengan liar. Ms. Rothen tidak kubiarkan, sodokanku semakin dalam dan cepat dengan dililitkannya kakinya ke pinggangku.
"Oh yeah.. oh yeah.. aku keluaarr..!" teriak Ms. Rothen.
Ms. Rothen lah yang pertama kali mencapai orgasme. Biarpun dia sudah dilanda orgasme, kuteruskan saja sodokanku.
"Kur, udah Kur.. nyeri nih Kur.. cabut dulu dong.." pintah Ms. Rothen. Aku tak peduli. Setiap kali aku memohon dia untuk memberikan penundaan terhadap tes-tes sejarah, tak pernah diberikan. Kusodokkan saja dengan ganasnya.
"Kur sudah.. cukup.. argh.. argh.. iya.. enak.. terus! Aku mau nyampe lagi nih Kur.."

Kali ini dengan sengaja kuhentikan gerakanku. Ms. Rothen pun mulai memohon-mohon agar aku meneruskan gerakanku. Pantatnya digoyangkan agar ada gesekan. Aku masih tetap saja sibuk menjilati lubang kemaluan Gina yang basah itu. Aku merasakan bahwa Gina juga akan orgasme. Aku mulai lagi sodokan-sodokanku untuk membungkam Ms. Rothen dan jilatanku pun kuteruskan. Aku juga merasakan akan datangnya orgasmeku. Jariku kumasukkan ke dalam liang kemaluan si Gina dan kujilati klitorisnya dengan kecepatan yang luar biasa sambil adikku tetap menyodok Ms. Rothen dengan ganasnya.
"Aku keeluuaarr.. Argghh! Yess! Aku keluaarr..!" teriak Ms. Rothen.
"Aku keluaarr.. juga," balas si Gina.
Ms. Rothen pun mendapatkan orgasmenya yang kedua bersamaan dengan Gina dan.. "Argh!" kusiramkan saja air maniku ke dalam lubang kemaluan Ms. Rothen. Aku pun mendapatkan kepuaskan sekali lagi.

Kami bertiga terdiam di situ. Bertiduran di atas lantai yang dingin melepas lelah. Nafas kami masih terengah-engah akibat permainan yang sangat liar tetapi memuaskan itu. Kami sudah tiduran selama, kurang lebih lima menit, sewaktu terdengar,
"Kurniawan! Ginaa! Dimana kalian? Kamu orang di atas yah?"

Bersambung . . . .

No comments:

Post a Comment